10.14.2008

Mata-Mata Is Troublemaker

KEMAMPUAN inteligen putra-putri Kota Pahlawan nggak bisa diremehkan. James Bond, sang agen terkenal 007, aja paling-paling belajar hal berbau mata-mata setelah lulus sekolah. Beda banget tuh ama responDet. Belum lulus alias masih berstatus pelajar, banyak yang pernah melakoni profesi mata-mata. Bedanya dengan James Bond, bukan menuruti perintah dari M. Perintah yang dituruti "agen-agen sekolah" itu berasal dari sang pengajar. Sebanyak 31,2 persen responDet yang mengutarakan bahwa di sekolahnya (atau mungkin malah di kelasnya) ada teman yang merupakan mata-mata guru. Kapan sang agen sekolah itu bertugas? Paling sering saat nggak ada guru di kelas (36,4 persen). Ada juga yang saat ulangan (35,1 persen) atau saat guru lain mengajar (10,8 persen). Sayang, profesi mata-mata bukan mendatangkan keuntungan. Mayoritas (68,2 persen) pernah mendapatkan masalah. Seperti bertengkar dengan teman lain (30,9 persen), nggak dipercaya teman (25 persen), sampai dikucilkan (23,8 persen). Mat Nur, pelajar SMAN 20, adalah salah seorang responDet yang memiliki teman "James Bond". "Nggak mencurigakan sih awal-awalnya. Tapi, lama-kelamaan dua orang temanku itu seperti menjerumuskan teman lainnya. Dia melaporkan segala aktivitas anak-anak yang negatif saat di kelas," ceritanya. Contoh hal yang dilaporkan teman mata-mata Mat Nur adalah sering jalan-jalan saat guru matematika sedang tidak ada di kelas. Akibat sikap tersebut, timbul masalah berikutnya. "Banyak yang memusuhi, bahkan sampai bertengkar. Waktu itu aku sempat ikut melerai. Sebenarnya, aku juga jengkel sih. Tapi, daripada tambah runyam urusannya," ujarnya. Pengalaman punya teman mata-mata juga dialami Tito Lasmono. Yang berprofesi sebagai mata-mata di kelasnya adalah teman cewek. "Sebut aja Ina. Dia jadi mata-mata guru fisika soalnya jago banget pelajaran fisika!" ungkapnya. Pernah suatu ketika, saat sang guru ada rapat, semua siswa di kelas ditinggal, tapi diberi tugas. Rupanya, diam-diam Ina melaporkan siapa saja anak-anak yang nggak ngerjain tugas tersebut. Nggak hanya itu, Ina mencatat siapa aja yang keluar kelas pada saat jam kosong tersebut. "Ugh, ngeselin banget tuh anak! Untung mulut comelnya itu nggak setiap saat berkoar-koar membuka aib teman-teman di kelas. Cuma saat-saat tertentu aja," cetus cowok asal SMP Dharma Wanita tersebut. Saat nggak ada guru di kelas, itu sih aksi biasa aja dari mata-mata kelas. Tingkat yang lebih sulit adalah mengawasi teman saat ulangan berlangsung. Lany Dewanti, cewek yang sehari-hari sekolah di SMP Muhammadiyah 5, ingin bercerita. "Nggak tahu gimana caranya, temanku satu itu tahu aja siapa teman-teman yang curang saat ulangan di kelas. Entah mencontek atau buka buku catatan. Akibatnya, banyak anak yang nilai ulangan kimianya dikurangi oleh guruku. Ya gara-gara informasi dari temanku itu," gerutunya. "Sejak itu teman-teman lain nggak ada yang mau percaya sama si mata-mata. Waktu ulangan, nggak ada anak yang mau terima jawaban dari dia. Pasti ujung-ujungnya dilaporkan ke guru kimia," celotehnya geram. acuan: jawapos

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda